Kamis, 24 Januari 2013

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Mari Elka Pangestu menggantikan mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang dipindahkan tugasnya menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Reshuffle kabinet pada Selasa, 18 Oktober 2011. Mendampingi Mari Elka Pangestu, telah ditunjuk Sapta Nirwandar mantan Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perubahan posisi menteri tersebut sekaligus mengubah nama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Perubahan nama kementerian ini juga membuat tugas yang meliputi wilayah ‘kebudayaan’ akan dikembalikan kepada Kementerian Pendidikan Nasional yang sekarang berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Presiden SBY dalam jumpa pers di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa malam (18/10), mengutarakan bahwa ada korelasi signifikan antara dunia pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangat dekat dan bisa saling mendukung. "Ada hubungan erat antara pariwisata dan ekonomi kreatif dan industri di banyak negara, termasuk di Indonesia. Kami ingin pariwisata bergabung dengan ekonomi kreatif sehingga dapat dikelola dengan baik sehingga secara signifikan dapat menambah penghasilan devisa kita yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian". Mari Elka Pangestu, menurut Presiden Yudhoyono dinilai sangat cakap untuk mengantarkan Indonesia lebih maju dalam khasanah perekonomian berbasis ekonomi kreatif.

Dalam pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang disusun Departemen Perdagangan, ada 14 industri yang diidentifikasi sebagai industri kreatif, yaitu: arsitektur, desain, kerajinan, komputer dan piranti lunak, mode, musik, pasar seni dan barang antik, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, televisi dan radio, kemudian video, film, dan fotografi.

Sementara itu Mari Elka Pangestu menyatakan bahwa dalam membangun sebuah organisasi ekonomi kreatif yang baru dan spesifik akan menjadi target utama dalam 100 hari mendatang. Pembentukan organisasi ini memiliki tujuan secara jelas untuk mendefinisikan divisi ekonomi kreatif dalam kementerian. "Ada kemungkinan besar bahwa akan ada direktorat jenderal ekonomi kreatif" ujar Mari, setelah acara peresmian yang diselenggarakan di Istana Negara, Rabu 19 Oktober 2011, seperti dilansir tempointeraktif.com.

Dalam dunia pariwisata, industri kreatif merupakan motor utama jalannya roda kepariwisataan. Semakin spesifik dan semakin kreatif produk-produk yang ditawarkan oleh sebuah wilayah tujuan wisata maka makin tertarik calon-calon wisatawan berkunjung ke daerah tersebut. Makin banyak wisatawan datang, semakin besar kemungkinan nilai ekonomi yang dapat terjaring maka ekonomi kreatif semakin berkembang. Dengan ekonomi kreatif, rakyat diharapkan menjadi mandiri; meminimalkan ketergantungan, mengikis mental buruh, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi pengangguran, menyemarakkan dunia pariwisata, dan menggaet devisa.

Selain menarik devisa, penyerapan tenaga kerja dan produk domestik bruto, ekonomi berbasis ide kreatif juga tidak terlalu bergantung pada sumber daya alam tak terbarukan. Dengan kata lain, ramah lingkungan dan sejalan dengan kebutuhan mengurangi kerusakan lingkungan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) 2008 di Pekan Raya Jakarta, 21 Oktober 2008 menyatakan bahwa ekonomi kreatif telah menjadi salah satu lokomotif perekonomian Indonesia. Ini terlihat dari pergeseran sektor pertanian dan industri ke jasa ekonomi kreatif.

Istilah ‘ekonomi kreatif’ pertama kali populerkan John Howkins dalam bukunya yang berjudul, “Creatif Economy, How People make money from Ideas”. John Howkins adalah produser film di Inggris yang paling aktif menyuarakan ekonomi kreatif pada pemerintah Inggris dan banyak terlibat dalam diskusi pembentukan ekonomi kreatif di Eropa. Selain John Howkins, ada juga yang mempopulerkan ekonomi kreatif yaitu Dr. Ricard Florida, dalam bukunya, “The Rise of Creative Class” dan buku lainnya berjudul,  “Cities and Creative Class”.

Pemegang nobel ekonomi, Robert Lucas, juga mengutarakan bahwa kekuatan yang menggerakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat produktivitas cluster, orang-orang bertalenta kreatif atau manusia-manusia yang menggunakan ilmu pengetahuan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar