Kamis, 05 Juni 2014

Bahaya Virus Futur Bagi Aktifis Dakwah

BAHAYA VIRUS FUTUR BAGI AKTIVIS DAKWAH. 

  Seorang aktivis adalah penggerak perkebangan dakwah. Di pundak seorang aktivis amanah perjuangan para Nabi dan Rosul. Gelora semangatnya dalam membina ummat akan dirasakan bukan hanya pada dirinya, akan tetapi ummatpun akan merasakannya. Ummat akan banyak tersesat karena kemunduran seorang aktivis dakwah. Dan ummatpun akan bangkit tatkala diawali dengan bangkitnya para pengusung dakwah Islam yang murni.

Besarnya tantangan dakwah saat ini, menjadikan seorang aktivis dakwah harus bekerja keras tak mengenal lelah dalam membina ummat. Bisa jadi, waktu yang dimiliki oleh seorang aktivis dakwah harus diinfakan seluruhnya untuk umat. Hal ini memang suatu keharusan karena hampir-hampir sudah tidak ada lagi yang peduli terhadap kebangkitan Islam.

Namun demikian.. Memang seorang aktivis dakwah juga manusia. Walaupun ia pengusung dakwah bukan berarti terlapas dari godaan dan penyakit manusiawi. Akan tetapi, virus yang meracuni pada seorang aktivis akan berakibat pula pada dakwah dan ummat. Inilah yang membedakan antara seorang aktivis dan ummat. Diantara virus berbahaya bagi seorang aktivis dakwah khususnya adalah “FUTUR”.


DEFINISI FUTUR

Dalam kitab Lisanul-Arob (Ibnu Mandzur 5/43), kata Fatara mengandung pengertian; ‘sikap berdiam diri setelah sebelumnya bergiat’ atau ‘melemah setelah sebelumnya kuat’. Sedangkan dari sudut istilah Futur ialah suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbul rasa malas, lemban, dan sikap santai dalam melakukan suatu amaliyah yang sebelumnya peernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu, dan efek maksimalnya terputusnya sama sekali praktik dari suatu amaliyah tersebut. Penyakit rohani ini kerap menjangkiti para aktivis dakwah atau mereka yang menggeluti jalan jihad fi sabilillah. (DR. Sayid M. Nuh, Penyebab gagalnya dakwah, Gema Insani, Jakarta, cetakan ketiga, rabi’ul awal 1426 H / Mei 2005 M, jilid 1, Hlm.15)


PENGARUH VIRUS FUTUR

Futuur dapat merusak pribadi seseorang. Berlarut-larut terhindapi virus futur bisa menjadikan seseorang menjauh dari kesuksesan. Lebih dari itu, futur bisa mengakibatkan seseorang mati dalam keadaan “su’ul-khotimah” karena kematian datang secara tiba-tiba. Dan pada saat futuur bagi syaiton sangat mudah menggiring seorang hamba semakin jauh dari Alloh dan dekat dengan kemaksiatan.

Maka Rosululloh sholallohu alaihi wasalam senantiasa mengajarkan ummatnya berbagai do’a yang intinya agar terhindar dari futur, diantaranya:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat Yang Membolak-balikan hati, kokohkan hatiku di atas agamamu.”(hadits shohih dengan syawahidnya, HR. al-Baihaqie)

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ, وَأَعُوذُ بِك مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِك مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ, وَأَعُوذُ بِك مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ.

 Ya Alloh aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk tidak bertindak dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak (pesimis-putus asa) dan malas. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan penindasan orang-orang kepadaku.” (HR. Abu Dawud dari jalur Abu Said al-Khudriy)

Dua do’a tadi diantara tuntunan Rosululloh sholallohu alaihi wasalam agar umatnya terbebas dari futur dengan beragam sebabnya. Bagi seorang aktivis dakwah, meminta perlindungan kepada Alloh azza wajalla dari penyekitfutur adalah suatu yang sangat harus. Karena dipundaknya amanah menegakkankalimatullohFutur pada seorang aktivis dakwah berarti menumpuk beban baru dalam medan perjuangan, membiarkan gerbang terbuka bagi musuh-musuh Islam untuk menculik ummat ini menuju jurang kesesatan. Dan dampak terburuk futur terhadap amaldakwah adalah jauhnya pertolongan Alloh azza waa jalla, karena memang, pertolongan Alloh untuk orang-orang yang aktif bergerak merumputkan dakwah Islam, berjihad, serta bersungguh-sungguh dalam mengusung amanah meninggikan kalimat Laa ilaha ilalloh.

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal sholeh, pasti kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalanya dengan baik.”(QS. Al-kahfi: 30)

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (menari kerihoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Futuur berarti sebuah kelengahan iman seseorang. Kelengahan ini sudah pasti akan dimanfaatkan oleh musuh-musuh manusia, baik setan dari golongan jin maupun dari golongan manusia. Iblis dan bala tentaranya senantiasa waspada pada setiap detiknya. Mereka tidak kenal lelah sejak genderang perang sudah bertabuh bertalu-talu.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ.

“(Iblis) menjawab, “karena Engkau telah menyesatkanku, pasti aku akan selalau menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” (QS. Al-A’rof: 16-17)

وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.

“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, Setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqoroh: 168)



Ummat Islam sudah dikepung dari berbagai penjuru. Orang-orang kafir tidak hanya meluluh-lantahkan negeri-negeri kaum muslimin, mereka juga menghancurkan moral generasi Islam. Perang idiologi yang lancarkan musuh Islam ternyata masih belum membangunkan ummat yang masih tertidur dengan lelap. Belum lagi, beberapa generasi kaum muslimin yang sudah menjadi agen Orientalis merusak moral dan dasar Islam dari dalam.

Prof. DR. Muhammad Amahzun, ia mengatakan, “Kerusakan yang terjadi dalam segala segman kehidupan masyarakat saat ini: baik dalam tataran politik, ekonomi, sosial, pemerintahan, keamanan, budaya dan informasi, pada umumnya justru di dukung dan dibenarkan oleh penguasa tertinggi. Bahkan, kerusakan itu justru dilindungi sendiri oleh undang-undang, militer, polisi, dan penegak hukum lainnya. Ini menandakan bahwa kebobrokan yang menimpa negara-negara itu adalah sangat erat kaitannya dengan kebobrokan lembaga-lembaga tinggi negara didalamnya. Melihat realitas ini, maka harus dilakukan dakwah islamiyyah, saat ini adalah mereformasi seluruh sisi kehidupan manusia. Yakni, agar syariat Islam benar-benar diterapkan secara menyeluruh dan integral dalam seluruh sisi kehidupan manusia. (Manhaj Dakwah Rosululloh, Qisthi Press, Jakarta, cetakan ke-2, April 2006, Hlm.380)

Keadaan parah ini akan senantaiasa berkembang jika para aktivis dakwah tidak secapatnya bergerak menghadang mereka dengan dakwah. Dan penyakit “Futur” telah mengambil bagian besar memperlancar laju musuh-musuh Islam, khususnya jika Futuur ini dikonsumsi oleh aktivif dakwah terus-menerus dan tidak bersegera mengobatinya.

Syaikh Abdurrahman Abddul kholik, ia mengatakan, “Jika para da’i itu berbuat kesalahan dan mereka tidak mampu melepaskan diri dari kesalahan tersebut, maka musuh-musuh Islam akan menyebarkan kesalahan ini hingga memporak-porandakan gerakan mereka dan menjauhkan orang-orang dari jalan mereka.” (Strategi Dakwah Syar’iyah, CV. Pustaka mantiq, Solo, Cetakan 1, juni 1996)



SEBAB TERJADINYA FUTUR

Pentingnya senantiasa meminta hidayah kepada Alloh azza wa jalla dalam do’a adalah mengantisipasi terjadinyafutur. Memang betul jika ada pepatah mengatakan “sedia payung sebelum hujan”, bahkan Rosululloh sholallohu alahi wasalam pernah mengatakan dalam hadits shohih, “Janganlah kalian berangan-angan untuk bertemu dengan musuh” ini juga memberi isyarat bahwa menghindar sebelum terjadi jauh lebih baik. Dan ketika sudah terjadi maka seorang muslim harus menghadapinya dengan semaksimal mungkin dan bersabar. Maka mempelajarai berbagai sebab terjadinya futuur juga berfungi agar kita tidak terjebak dengan penyakit futuur ini.



Banyak faktor yang menyebabkan seseorang futuur. DR. Sayid M. Nuh, menyebutkan beberapa faktor penyebab futuur dalam bukunya Penyebab gagalnya dakwah:

1. Sikap ekstrem atau terlalu berlebih-lebihan dalam menjalankan aturan agama

2. Melampaui batas kewajaran dalam melakukan hal-hal yang mubah atau diperbolehkan.

3. Memisahkan diri dari berjama’ah dan lebih mengutamakan hidup Uzlahatau menyendiri

4. Kurang mengingat masalah kematian  dan akherat

5. Menyepelekan kewajiban harian

6. Tubuhnya termasuki sesuatu yang haram atau bernilai syubhat

7. Mencukupkan diri dengan mengerjakan salah satu bagian dari syariat agama

8. Melalaikan kaidah sunatulloh

9. Mengabaikan kebutuhan jasmani

10. Tidak siap menghadapi kendala dakwah

11. Berteman dengan orang-orang yang memiliki penyakit futuur

12. Tidak terprogramnya aktivitas yang dilakukan.

13. Berlarut-larut dalam melakukan maksiat dan meremehkan dosa-dosa kecil.

(Untuk lebih jelasnya lihat pembahasan ini di DR. Sayid M. Nuh, Penyebab gagalnya dakwah, Gema Insani, Jakarta, cetakan ketiga, rabi’ul awal 1426 H / Mei 2005 M, jilid 1, Hlm.16-32)

Menyelisihi atau mengantisipasi untuk tidak melakukan hal-hal di atas merupakan obat dan cara agar tidak terjadi futur. Namun, induk dari terjadinya futuur adalah lemahnya benteng aqidah karena aqidah dalah ruh dari amaliyah seseorang.



AQIDAH, PENAWAR UTAMA PENYAKIT FUTUR

Hakikat futuur yang sering menerpa seseorang karena keroposnya pondasi “Aqidah”. Bagi seorang aktivis dakwah, ia harus memulai dari dirinya sendiri memperkuat benteng aqidah. karena aqidah sebagai perbatasan akhir antara iman dan kufur. Maka menjaga diri agar tidak keluar dari perbatasan ini adalah hal yang harus dilakukan dan tanamkan pula kepada ummat. Umat jangan sampai melewati batas aqidah Islam..!!

Dalam hal urgensi aqidah Syaikh Sayyid Quthub rohimahulloh mengatakan, “Hendaknya persoalan aqidah menjadi fundamen dakwah Islam kepada manusia, karena aqidah sadari awal memang menjadi fundamen dakwah Islam kepada manusia. Dakwah inilah yang menjadi fokus al-Qur’an periode mekah selama tiga belas tahun penuh. Jika konsep ini mendarah daging dalam diri ummat Islam maka pengkristalan inilah yang akan menjadi landasan bagi apa yang disebut dengan “masyarakat islami”. Masyarakat ini sangat tepat dalam membangun tatanan Islami dalam kehidupan sosial. Karena, ia mengandaikan –antara pribadi muslim dan masyarakatnya- kehidupan mereka berlandaskan aqidah ini, dan hidup mereka sepenuhnya tidak diatur kecuali dengan hukum Alloh.” (Ma’alim fi ath-Thoriq, Petunjuk jalan yang menggetarkan iman, USWAH, Yogyaakarta, Hlm.73-74)

Aqidah yang benar dan lurus akan merubah pola hidup seseorang. Perubahan drastis terjadi berawal darikeyakinan yang benar tentang Laa ilaha ilalloh. Seseorang yang paham dengan kalimat tauhid Laa ilaha ilalloh akan menjadikan seluruh hidupnya untuk Alloh. Umar ibnu al-Khotob rodhiallohu anhubisa menjadi orang terbaik setelah abu bakr asShidiq rodhiallohu anhu padahal ia mantan preman mekah yang galak terhadap Islam. Namun, aqidah-lah yang mampu merubahnya menjadi orang mulia. Begitu pula yang terjadi pada shohabat lainnya, siksaan yang menerpa para shohabat Rosul saat memeluk Islam tidak menjadikan mereka mundur dari keyakinan yang benar. Inilah kekuatan aqidah yang benar.

Bila kekuatan aqidah ini sudah mendarah-daging dalam diri seseorang maka ia akan tetap konsisten terhadap imannya. Istiqomah terhadap iman atau aqidah tidak akan membuat seseorang futuur hingga membelot dari garis-garis shirotol mustaqim. Andaikata futur menerpa dirinya, iapun tetap berada di garis aqidah dan sunnah. Makan istiqomah diatas aqidah asshohihah hingga kematian menjemput adalah benteng menangkal rasa futuur agar tidak merusak pondasi dasar keselamatan seseorang.



إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikaat-malaikat akan turun kepada mereka, “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamau merasa bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (mempeeroleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fusilat: 30)



Dalam sebuah hadits, Rosululloh sholallohu alaihi wasalam bersabda:

« إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ »

“Ada amalan adakalanya dikerjakan dengan penuh semangat, dan ada kalanya dikerjakan dengan penuh keletihan, barangsiapa yang pada waktu letihnya tetap mengiktui sunah-sunahku, niscaya ia akan beruntung, dan barangsiapa yang pada letihnya tidak mengikuti sunah-sunahku maka ia akan celaka.” (HR. Ibnu Hibban dan shohihnya, menurut Syu’aib al-arna’ut sanadnya shohih sesuai syarat Bukhoti Muslim) dalam riwayat al-bazzar:

“Barangsiapa yang pada waktu letihnya tetap mengiktui sunah-sunahku, niscaya ia tetap dalam petunjukku, dan barangsiapa yang pada letihnya tidak mengikuti sunah-sunahku maka ia akan tersesat.”



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Alloh dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. Dan berteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Alloh dan janganlaha kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imron 102-103)

Memang tidak dipungkiri bahwa bisa jadi futur akan menimpa seseorang yang aqidahnya benar, akan tetapi futur yang menimpa muwahid tidak sampai membuatnya jatuh menyelisihi garis-garis prinsip shirotol mustaqim.

DR. Sayid M. Nuh, menyebutkan kiat dan cara mengatasi futuur dalam bukunya Penyebab gagalnya dakwah menyebutkan kiat dan cara mengatasi futuur:

1) Menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan, baik yang besar ataupun yang kecil

2) Tekun dalam melaksanakan kewajiban harian

3) Mengincar waktu-waktu utama dalam menghidupkanya dengan ketaatan kepada-Nya

4) Menghindarkan diri dari sikap berlebihan dalam menjalankan agama

5) Menerjunkan diri sepenuhnya dalam lingkup jama’ah dan tidak meninggalkannya dalam situasi dan kondisi apapun

6) Senantisa memperlihatkan kaidah sunatulloh dalam kehidupan

7) Menyadari bentuk-bentuk kendala yang akan dihadapi

8) Teliti dan menerapkan strategi yang baik

9) Senantiasa menjalin hubungan dengan para shalihin dan mujahidin

10) Memberikan waktu kepada jasmani untuk istirahat, makan, dan minum secukupnya

11) Menghibur diri deengan hal-hal yang di bolehkan

12) Melakukan kajian secara kontinu terhadap buku-buku yang membahas perjalanan hidup dan sejarah para shohabat atau orang-orang sholeh lainnya

13) Mengingat kematian dan kejadian-kejadian yang bakal terjadi selanjutnya

14) Mengingat kenikmatan surga dan azab neraka

15) Mengadiri majlis-majlis ilmu

16) Menjalankan ajaran agama secara total

17) Mengoreksi jiwa (muhasbah anafs)

(Untuk lebih jelasnya lihat pembahasan ini di DR. Sayid M. Nuh, Penyebab gagalnya dakwah, Gema Insani, Jakarta, cetakan ketiga, rabi’ul awal 1426 H / Mei 2005 M, jilid 1, Hlm.36-46)



KEMBALI MEMUPUK GELORA SEMANGAT..!!

Gelora semangat dalam diri seorang mengantarkannya meraih manisnya iman dan perjuangan. Maka dalam Islam, Alloh azza wajalla senantiasa memotivasi agar hamba-Nya tetap semangat dari waktu ke waktu:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Diantara orang-orang mukmin itu ada aorang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh. Dan diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab:23)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “berangkatlah untuk berperang di jalan Alloh.” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada di akherat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akherat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah:38)

Dalam hadits shohih Rosululloh sholallohu alaihi wasalam bersabda:

احْرِصْ عَلى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah terhadap apa-apa yang memberikanmu manfaat, minta tolonglah kepada Alloh dan janganlah pesimis (merasa tidak mampu).” (HR. Muslim dari jalur Abu Hurairoh)

Nash diatas hakikatnya mendorong kepada kita semua agar senantiasa kokoh tegar diatas kebenaran dengan senantiasa melakukan hal-hal yang mengantarkan kita menuju kebahagiaan abadi di akherat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar