Inilah ibuku, wanita terhebat yang pernah aku kenal selama ini. Guratan usia yang semakin lanjut tak pernah sedikitpun menyurutkan semangat di garis wajahnya. Perjuangannya, kesabarannya, kegigihannya, dan eksistensi pengorbanannya sungguh begitu besar untukku. Akhir desember 20 tahun yang silam adalah puncak pengorbanannya yang terbesar untukku. Alhamdulillah, aku terlahir kedunia ini dengan selamat tanpa cacat sedikitpun. Itu semua tak lepas dari segala daya dan upayamu ibu, & pastinya juga berkat karunia Allah yang tiada terhingga.
Inilah ibuku, wanita terhebat yang pernah aku kenal selama ini. Seringkali aku lalai dan tak mengindahkan nasehatnya. Seringkali aku mengucapkan kata ah, lagi sibuk, gak ada waktu, males, dsb saat dia menyuruhku membantunya melakukan pekerjaan rumah. Seringkali aku melawan saat beliau menasehatiku tentang kebaikan. Seringkali aku ngambek saat apa yang aku inginkan tak mampu dipenuhinya. Seringkali aku melontarkan kata-kata kasar saat jengkel hanya karena hal sepele. Ya Tuhan, betapa sering aku melukai ibundaku tercinta. Betapa sering aku membuatnya jengkel. Betapa sering aku mengeluarkan kata-kata kotor yang tak pantas aku lontarkan untuknya. Anak macam apa aku ini? Tapi ibundaku, pernahkah beliau membenciku? Tidak! Sama sekali tidak! Beliau tidak pernah membenciku. Bahkan pintu maafnya selalu terbuka lebar untukku. Bahkan didalam do’anya namaku selalu disebut tak pernah luput.
Inilah ibuku, wanita terhebat yang pernah aku kenal. Ibuku bukanlah seorang dokter, tapi ia mampu mengobatiku disaat aku sakit. Mengobatiku dengan do’a, mengobatiku dengan cinta, mengobatiku dengan kasih sayang, mengobatiku dengan Al-Qur’an, & mengobatiku dengan kesabaran. Ibuku bukanlah lulusan perguruan tinggi, jangankan SMA, SMP pun beliau tak pernah menginjaknya. Beliau hanyalah wanita pribumi yang hanya lulusan SD. Tapi, dari jiwanya ilmu itu mengalir begitu saja. Menuntun langkah kecilku untuk belajar banyak tentang arti kehidupan, hingga aku sedewasa ini. Ibuku bukanlah keturunan bangsawan atau priyayi yang bergelimang harta. Beliau hanyalah wanita sederhana nan bersahaja yang mengabdikan hidupnya dengan sepenuh hati untuk Allah, Rasulullah & keluarga kecilnya yang bahagia. Ibuku bukanlah wanita tercantik yang sering tampil di tabloid-tabloid, majalah-majalah, koran-koran, ataupun ditelevisi & radio. Tapi, ibuku adalah wanita tercantik dengan keindahan akhlak yang terpancar dari binar kesahajaannya. Ibuku bukanlah koki handal seperti direstoran-restoran ternama ataupun shef-shef yang sering masuk TV untuk acara masak-masak. Namun, setiap hari dia mampu menghidangkan makanan terlezat yang pernah ada. Di bumbui dengan ketulusan cinta dan kasih sayang yang tiada tara. Hmmmzz, yummy ^_^
Inilah ibuku, wanita terhebat yang pernah aku kenal. Maafkan aku ibu, di usiamu yang semakin senja aku belum mampu membuatmu bahagia. Dengan tulusnya kau selalu berkata, “Kebahagiaan ibu adalah ketika melihat anak-anak ibu bahagia, tumbuh dewasa & semakin dekat dengan Sang Pencipta. Jangan pernah berpikir bahwa kau belum mampu memberikan apa-apa untuk ibu. Ketahuilah, senyum kalian sudah lebih dari cukup membuat nafas ibu lega.” Ibu, airmata ini tanpa terasa mengalir menjatuhi pipi tatkala mengenang semua budi baikmu selama ini. Maafkan untuk segala khilaf anakmu ini, ibu. Semoga aku bisa menjadi anak yang berbakti untukmu & mampu menjadi investasimu menuju syurga. Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar