Kamis, 05 Juni 2014

Senja di Batas Kota

Senja itu dibatas kota
Mentari enggan tersenyum dalam derai hujan
Tanpa pamit ia pergi sejak sore tadi
Meninggalkan langit dengan sisa awan kelabu

Ada mendung di wajah itu
Wajah sayu menatap pilu derasnya hujan
Adakah segenggam asa itu masih tertanam?
Di lubuk hati seorang alif kecil yang malang

Menatap dunia dengan asa yang mulai lapuk
Menatap langit dengan mimpi yang perlahan pudar
Di kisaran kehidupan, nafasnya mulai tersenggal
Lelah dengan permainan nasib yang menghambat impian

Hidup tak lebih dari kepahitan yang menyayat hati
Kesengsaraan yang terus mengiba tanpa henti
Dan petinggi-petinggi negeri tak ada yang peduli
Hanya utang luar negeri & korupsi yang terus membumbung tinggi
Akankah keadilan hanya sekedar mimpi?
Di balik permainan sebuah negeri yang ironi

Lihatlah, dengarlah, bukalah mata & hati
Mungkin kau akan mengerti
Mungkin kau akan sadari
Bahwa harta tak dibawa mati
Bahwa ilmu bukan hanya sekedar teori
Melainkan perlu di aplikasi

Senja itu dibatas kota
Telah membuka tirai kehidupan
dibalik jeruji kemiskinan
Buah dari ketidakadilan yang ada

Tangerang, 22 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar